10 Oktober, 2009

Lebih Tegar, Masih Bingung Pemakaman

Radar Banyumas, 10 Oktober 2009


Reaksi Keluarga Setelah Syaifuddin dan Syahrir Tewas di Tangan Densus 88

Tewasnya Syaifuddin Zuhri dan
Syahrir berimbas ke beberapakeluarga di Kuningan, Jabar. Merekaikut repot atas kejadian tersebut.
Seperti apa?
AGUS SUGIARTO, Kuningan


RUMAH keluarga H Jaelani dan putrinya, Su-cihani, di Dusun Kliwon, Desa Scmpora, Cilimus. Kuningan. Jabar, kembali menjadi perhatian masyarakat. Kerabat, tetangga, wartawan, hingga polisi berbaur di dua rumah tersebut.

Ini bukan kali pertama rumah Jaelani dan Sucihani dipadati warga. Agustus lalu ketika buron teroris Ibrahim tewas di Temanggung, Jateng, rumah mereka juga dibanjiri massa.

Kemarin, begitu DPO polisi Syaifuddin Zuhri dan Muhammad Syahrir dinyatakan tewas dalam penggerebekan Densus 88 Antiteror, keluarga besar itu harus repot menyambut tamu hingga melayani pertanyaan wartawan.

Jaelani dan Sucihani layak repot. Sebab,

mereka memiliki hubungan khusus dengan tiga buron teroris itu. Jaelani adalah ayah Syaifuddin dan Syahrir serta mertua lbrohim


Sucihani yang merupakan putri Jaelani tersebut adalah istri lbrohim. "Kami memang diperintah Pak Kapolresuntuk berjaga-jaga di sini. Ada beberapa petugas yang stand by di sini," ungkap Kapolsek Cilimus AKP Iskandar Muda kepada Radar Cirebon (Jawa Pos Group) di halaman rumah Sucihani yang tak jauh dari rumah Jaelani kemarin (9/10).

Berbeda saat Ibrahim atau Boini tewas ditembak Ocnsus 88 di Temanggung, 12 Agustus silam. Kali ini, keluarga Jaelani dan Sucihani terlihat lebih tegar menghadapi peristiwa tersebut. Malah, Sucihani mau memberi penjelasan kepada wartawan yang datang ke rumahnya.

Sekarang kami sudah bisa tegar atas kejadian ini. Beda saat peristiwa Boim (Ibrohim) dulu. Waktu itu kami sangat terpukul dan (idak menyangka atas keterlibatan Boim," tutur Sucihani yang kemarin siang ditemani adiknya, Ery Djuariah.

Dia juga menyatakan sudah diben ulin Mabes Polri soal tewasnya dua kakak kandununya tersebut dalam penyergapan di Ciputat.

"Sudah dikasih kabar dari adik saya yang di Jakarta. Bahkan, adik saya (Ery) ditelepon Den-sus dari Jakarta. Intinya, memberi tahu bahwa dua orang itu, Syaifuddin dan Syahrir, sudah tewas dalam penggerebekan," ungkapnya.

Ketegaran juga ditunjukkan Hj Asenih, ibunda Syaifuddin dan Syahrir. Dia mengungkapkan bahwa keluarga sudah menerima semua yang terjadi alas kedua anaknya. Kami menerima semua ini dengan ikhlas. Tapi, sampai sekarang buluin ada pemberitahuan resmi dari Mabes Polri kepada kami soal tewasnya Udin dan Syahrir," ujarnya. "Namun, kami sekarang jauh lebih tegar menghadapi semua ini," lanjut dia.

Terkait dengan tempat pemakaman dua jenazah tersebut, Sucihani menyatakan belum melakukan rapal dengan anggota keluarga lainnya. Sangat mungkin Syaifuddin alias Udin dan Syahrir alias Aing dimakamkan di pemakaman keluarga di Desa Sampiran, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon. Desa Sampiran merupakan tanah kelahiran ayahnya, II Jaelani Irsyad.

"Lokasi pemakaman belum kami tentukan. Tapi, sangat mungkin di pemakaman keluarga di Sampiran. Namun, untuk lebih pastinya, kami akanmembahas lagi dengan keluarga lainnya," ujar Sucihani.

Pengalaman jenazah Ibrahim yang ditolak warga menjadi pelajaran bagi keluarga tersebut. Karena itu, Syaifuddin dan Syahrir tidak akan dimakamkan di Kuningan. "Daripada ditolak lagi, lebih baik mencari tempat lain untuk pemakaman keduanya," kata wanita empat anak tersebut.

Saat itu, pemerintah desa dan warga setempal memang menolak jenazah Hi hi ii ilim.ik.iiiik.nl di Sarnpora. Bahkan, untuk memperkuat penolakan, pemerintah desa sampai membuat surat pernyataan yang ditandatangani sejumlah tokoh masyarakat. Karena penolakan itu, jenazah perencana pengeboman Hotel JW Marriott dan Rilz-Carlion tersebut dimakamkan di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur.

Sucihani juga menceritakan, sejak pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, Jakarta, 17 Juli silam, keluarga kehilangan kontak dengan Syaifuddin dan Syahrir. Dua orang itu tak sekalipun menghubungi keluarga, apalagi menemui.

"Benar-benar hilang kontak dan tidak ada komunikasi. Itu setelah pengeboman. Kami hanya tahu sekarang bahwa keduanya sudah meninggal. Itu saja. Kalaupun mereka mengontak kami, hanya akan menam-bah beban saja. Jadi, lebih baik tidak menghubungi kami," tegasnya.

Bukan hanya rumah Jaelani dan Sucihani yang dibanjiri warga. Rumah Siti Kholifah Sari, istri Syaifuddin, di Desa IV ibn tulan. Kecamatan Sumber. Kuningan, juga ramai didatangi warga. Anggota keluarga itu juga tampak sudah siap menerima kenyataan pahit tersebut. "Kami tahu kabar itu dari televisi," ungkap Juli, adik Siti Kholifah.

Soal pemakaman, mereka juga belum bisa memutuskan. "Keluarga dan warga di sini menolak jasad Syaifuddin. Alasannya, dia bukan warga Pcrbutulan," kala Fahrurozi, paman Siti Kholifah.

Isyarat penolakan jenasah langsung mengemuka begitu kabar tewasnya Syaifuddin din Syahrir tersebar kemarin. Kapolres Kuningan AKBP Nurullah menyampaikan. Bupati Kuningan Aang Hamid Suganda juga sudah menyalakan menolak.

"Pak Bupati sudah tcrang-tcningan menolak jika keduanya dimakamkan di Kabupalen Kuningan. Urusan pemakaman diserahkan kepada keluarganya, mau di mana, asalkan (idak di Kuningan. Ini bukan penolakan dari Kapolres Iho. lapi dari bupati selaku pemegang wilayah," ujarnya (n\v)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar